PEMBIASAAN PEMBELAJARAN SEJARAH
DI LINGKUNGAN KELUARGA
Oleh :
ADI SETIAWAN, S.Pd
GURU SEJARAH
DI SMAN 1 SEKAMPUNG
Sebagian
kalangan menyebut sejarah sebagai suatu media yang berperan penting bagi
pembelajaran seorang manusia, sehingga muncul sebuah ungkapan bahwa sejarah
adalah guru yang bijaksana. Ungkapan tersebut memang memiliki dasar yang cukup.
Peristiwa ataupun pengalaman dari individu maupun warga-masyarakat sebuah
negara memberikan pengaruh bagi individu atau masyarakat sebuah negara yang
bersangkutan. Walaupun seorang individu tidak secara langsung menjadi subjek
dalam suatu peristiwa, akan tetapi jika individu itu tahu peristiwa yang ia
dengar atau baca, secara sadar atau pun tanpa disadari peristiawa itu akan
memiliki pengaruh bagi individu yang mendengar atau membacanya. Apalagi jika
peristiwa yang terjadi menempatkan seorang individu sebagai subjek di dalamnya,
maka pengaruh yang diberikan dari suatu peristiwa kepada individu akan semakin
besar.
Sejarah sebagai
ilmu mempelajari peristiwa masa lampau tentu tidak dapat dilepaskan dari
manusia. Manusia memiliki peran yang penting dalam sejarah. Karena apabila kita
teliti kembali suatu peristiwa sejarah
tidak akan mungkin dapat dikatakan sejarah jika tanpa adanya tiga unsur
yakni manusia, ruang dan waktu. Dalam sejarah manusia bertindak sebagai subjek,
manusia yang menjadi pelaku dari suatu peristiwa sejarah dimana ruang menjadi
latar terjadinya peristiwa dan waktu sebagai dimensi terjadinya peristiwa
sejarah.
Di dalam
sejarah sungguh manusia bukan sekedar menjadi subjek dalam suatu peristiwa.
Jika kita kaitkan sejarah sebagai kisah tentu manusia juga menjadi agen yang
cukup fundamental dalam tersusunnya suatu peristiwa menjadi kisah yang menarik
untuk dipahami. Manusia atau juga sering disebut sejarawan memiliki peran yang
besar dalam merangkai peristiwa-peristiwa sejarah menjadi suatu kisah sejarah.
Walaupun demikian pengisahan sejarah tentunya tidak hanya dimonopoli oleh para
sejarawan saja. Setiap masyarakat dan individu tentu dalam kehidupan selalu
melewati peristiwa-peristiwa, mungkin peristiwa-peristiwa itu tidak semuanya
menjadi bahan yang dapat selalu digarap oleh seorang sejarawan.
Apalagi jika
peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat atau individu kadar nilai
penting dan pengaruhnya dirasa kurang bagi khalayak luas. Namun yang menjadi
hal menarik untuk diperbincangkan adalah akan kah karena kadar peristiwa yang
kurang berpengaruh bagi khalayak luas itu kemudian kita lupakan saja? Bukankah
setiap peristiwa sejarah memiliki manfaat, terutama dalam penyampaian informasi
dan pesan bagi generasi penerusnya.
Hal inilah yang
sesungguhnya ingin penulis diskusikan, peristiwa atau pengalaman yang dimiliki
seorang individu baik perannya dalam keluarga dan masyarakat walaupun kadar
pengaruhnya tidak ada bagi masyarakat luas tetapi jika kita telaah peristiwa
yang dialami seorang individu nampaknya juga memberikan pengaruh walaupun
dengan kadar yang relatif kecil.
Dalam kaitannya
dengan ini adalah pentingnya dalam keluarga untuk menumbuhkan sejarah lisan
bagi generasinya. Jika kita sudah mahfum dengan cerita dongeng yang diceritakan
oleh orang tua kepada anaknya, mungkin hal ini bisa menjadi hal menarik untuk
diadopsi dalam menumbuhkan sejarah lisan di lingkungan keluarga. Dengan
keluarga baik ayah, ibu, kakek, nenek maupun anggota keluarga lainya memiliki
niat dan aksi dalam menumbuhkan sejarah lisan di dalam lingkungan keluarga
tentu akan berdampak pada manusia Indonesia yang mencintai sejarah keluarga dan
sejarah bangsanya. Sehingga dengan demikian dapat diharapkan manusia Indonesia
bukan sekedar belajar sejarah namun juga dapat belajar dari sejarah.
Penuturan
sejarah nasional oleh keluarga yang terjadi di dalam masyarakat dapat dikatakan
masih sangat minim. Sebagian besar warga masyarakat memperoleh informsi atau
belajar sejarah hanya saat di bangku sekolah. Hal ini pun masih memiliki
persoalan yakni tidak semua peristiwa sejarah diajarkan di lembaga pendidikan
sehingga peristiwa-peristiwa sejarah yang lain tidak diketahui oleh peserta
didik.
Kaitannya
dengan pembelajaran sejarah, melibatkan peserta didik dalam menemukan masalah
atau materi pembelajaran adalah suatu hal yang masih jarang dilakukan oleh
guru. Peserta didik hanya bertindak sebgai pihak penerima informasi. Mereka
bersifat pasif, hingga pembelajaran berjalan monoton karena hanya didominasi
guru. Hal itu terjadi tidak terlepas dari kebiasaan guru yang memberikan
pengajaran dengan metode ceramah yang kadang pula mereka hanya mendiktekan
materi kepada peserta didik. Pembelajaran aktif dengan melibatkan peserta didik
menggali informasi di lingkungannya merupakan hal yang perlu dikembangkan.
Peserta didik seolah bertindak sebagai “detektif masa lalu” yang berusaha
merangkai informasi hasil wawancara dari pelaku sejarah.